- Nama : Fepi Novtiani
- Perguruan Tinggi : IAIN Pekalongan
- Jurusan/Prodi : Tarbiyah/PAI
- TTL : Batang. 05 November 1996
- Alamat : Pesaren, Warungasem, Batang
- Hobi : Jalan-jalan
- Motto : Sehat Itu Bahagia
- Email : novia2977@gmail.com
- Fb : Feppi Noptiani
- IG : Feppi1105
Rabu, 07 Desember 2016
Profil
Selasa, 06 Desember 2016
Akhlak Tercela Kepada Allah SWT
Bab VII : Akhlak Tercela kepada Allah SWT
A. Ria
1.
Pengertian Ria
Ria berarti beramal baik dengan tujuan
memperoleh pujian dari orang lain.
2.
Contoh Perbuatan
Ria
Seorang siswa mau melaksanakan tugas piketnya
secara baik sesudah guru masuk ke kelas, dengan harapan agar guru menilai bahwa
siswa tergolong siswa yang rajin melaksanakan tugas.
3.
Larangan Berbuat Ria
Ria termasuk larangan dalam islam. Islam
mendidik umatnya agar perbuatan baik yang dilakukan didasari dengan niat
ikhlas, yakni semata-mata mencari ridha Allah atau menaati perintah-Nya.
4. Akibat Buruk Ria
a. Menghapus pahala amal baik
b. Mendapat dosa besar karena ria termasuk perbuatan syirik
c. Tidak selamat dari bahaya kekafiran karena ria sangat dekat hubungannya dengan sikap kafir.
5. Perilaku Menghindari Ria
a. Melatih diri untuk beramal secara ikhlas, walaupun sebesar apapun yang dilakukan.
b. Mengendalikan diri agar tidak merasa bangga apabila ada orang lain memuji amal baik yang dilakukan.
B. Nifak
1.
Pengertian
Nifak
Secara bahasa nifak berarti
pura-pura pada agamanya. Secara istilah berarti sikap yang tidak menentu, tidak
sesuai antara ucapan dan perbuatannya. Orang yang mempunyai sifak nifak disebut
munafik.
2.
Ciri-Ciri Sifat Nifak
Perlu diketahui bahwa orang yang munafik pandai
bersilat lidah dan memutar balikkan persoalan sehingga banyak orang terpedaya
karenanya. Kepandaian bersilat lidah sebagai hasil dari sikapnya yang selalu
mendua (bermuka dua). Disamping itu munafik juga suka mengobral janji terhadap
orang lain, tetapi janji-janji-Nya banyak yang di ingkari sendiri.
3.
Larangan Bersifat Nifak
Islam melarang umatnya bersifat nifak. Sebaliknya,
islam mewajibkan bersifat jujur atau benar. Allah swt. berfirman yang
terjemahnya “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah dan
ucapkanlah petkataan yang benar”. (Q.S. al-Ahzab/33: 70).
4. Akibat Buruk Sifat Nifak
a. Bagi Diri Sendiri
1) Tercela dalam pandangan Allah swt. dan sesama manusia sehingga dapat menjatuhkan nama baiknya sendiri.
2) Hilangnya kepercayaan dari orang lain atas dirinya
3) Tidak disenangi dalam pergaulan hidup sehari-hari.
4) Mempersempit jalan untuk memperoleh rezeki karena orang lain tidak mempercayai lagi.
5) Mendapat siksa yang amat pedih kelak di hari akhir.
b. Bagi Orang Lain
1) Menimbulkan kekecewaan hati sehingga dapat merusak hubungan persahabatan yang terjalin baik.
2) Membuka peluang munculnya fitnah karena ucapan atau perbuatannya yang tidak menentu.
3) Mencemarkan nama baik keluarga dan masyarakat sekitarnya sehingga merasa malu karenanya.
5. Membiasakan Diri Menghindari Sifat Nifak
a. Nifak merupakan larangan agama yang harus di jauhi dalam kehidupan sehari-hari.
b.
Nifak akan merugikan diri sendiri dan orang
lain sehingga dibenci dalam kehidupan masyarakat.
Menurut hasil tela’ah kami, Pada semester II
kelas VII MTs, dalam penjelasan materinya sudah baik, akan tetapi terdapat
kurangnya penjelasan dalam bab IV tentang asmaul
husna.
contoh perilaku tercela:
Iman Kepada Malaikat
Bab VI : Iman Kepada Malaikat Allah SWT. Dan Makhluk Gaib selain Malaikat
A. Malaikat-Malaikat Allah swt.
1.
Pengertian Iman Kepada Malaikat Allah
swt.
Malaikat adalah mahluk yang diciptakan Allah
swt. dari cahaya. Dia selalu menaati perintah Allah swt. dan tidak
mendurhakai-Nya. Adapun inti beriman kepada malaikat ialah meyakini
keberadaannya sebagai mahluk ciptaaan Allah swt. Serta meyakini jenis-jenis
tugas yang diamanahkan kepadanya. Keyakinan tersebut dibuktikan dengan
perbuatan sehari-hari.
2.
Sifat-Sifat Malaikat Allah swt.
Al-Qur’an menjelaskan bahwa malaikat adalah
hamba Allah swt. yang mulia karena Allah memuliakannya, tidak pernah durhaka,
tidak pernah maksiat, dan tidak pernah menentang perintah Allah swt.
3. Nama-Nama Malaikat dan Tugasnya
a. Jibril : menyampaikan wahyu Allah swt. kepada para rasul-Nya.
b. Mikail : bertugas untuk menurunkan hujan dan membagi rezeki.
c. Israfil : bertugas meniup sangkakala.
d. Izrail : bertugas mencabut nyawa.
e. Munkar dan Nakir : bertugas menanyai manusia di alam kubur.
f. Raqib dan Atid : bertugas mencatat amal perbuatan manusia selama hidup di dunia.
g. Malik : bertugas menjaga neraka.
h. Ridwan : bertugas menjaga surga.
B. Mahluk Gaib
Selain Malaikat
Mahluk gaib yang diciptakan Allah
bermacam-macam, antara lain: jin, iblis atau setan.
1.
Jin
Jin adalah Mahluk Allah mahluk gaib yang
diciptakan dari nyala api. Sebagian taat kepada Allah swt. (seperti yang
menjadi tentara Nabi Sulaiman a.s.) dan sebagian lagi kafir serta durhaka
kepada Allah swt.
2.
Iblis atau Setan
Iblis adalah Mahluk gaib yang dicipta Allah dari
api. Sifat dasar iblis adalah sombong dan durhaka kepada Allah swt. Setan
adalah mahluk yang sifatnya menggoda manusia agar terjerumus ke lembah
dosa.
3.
Perbedaan antara Malaikat, Jin, dan Iblis atau
Setan
No. Nama Asal Kejadian Sifatnya
1. Malaikat Cahaya Selalu taat kepada Allah swt. Dan tidak mendurhakai-Nya.
2. Jin Nyala Api Ada yang beriman dan ada pula yang kafir.
3. Iblis atau Setan Api Mendurhakai Allah swt. Dan selalu berusaha untuk menjerumuskan manusia ke jalan yang sesat.
C. Perilaku yang Mencerminkan Iman Kepada
Malaikat-Malaikat Allah swt. dan Mahluk Gaib Selain Malaikat.
Iman terdiri dari tiga unsur, yaitu kemantapan
hati, ucapan, dan perbuatan. Iman kepada malaikatpun perlu dibuktikan dengan
perbuatan nyata setiap hari, antara lain meneladani sifat taat malaikat kepada
Allah swt.
Adapun sikap meneladani ketaaatan malaikat
kepada Allah swt. antara lain:
a. Senantiasa berusaha untuk menaati Allah swt. sebagaimana ketaatan malaikat kepada Allah swt.
b. Bersikap tawaduk kepada Allah swt. dan mengagungkan-Nya.
c. Bersikap hati-hati dalam hidup ini, tidak melanggar hukum Allah swt. sebagaimana malaikat tidak maksiat kepada-Nya.
Asmaul Husna
Bab V : Asmaul Husna
A. Pengertian Asmaul Husna
1.
Arti secara bahasa dan istilah
Kata asmaul husna berasal dari bahasa arab al
asma’ yang berarti nama, beberapa nama dan al husna yang berarti baik, indah.
Menurut istilah, asmaul husna berarti nama-nama yang indah bagi Allah.
2.
Sejarah diturunkannya Ayat tentang Asmaul
Husna
Di dalam kitab asbabunnuzul diterangkan bahwa
pada suatu hari Rasulullah saw melakukan shalat di mekkah dan berdoa dengan
kata-kata, “ Ya Rahman, Ya Rahim”. Do’a tersebut terdengar
oleh sebagian kaum musyrikin. Kala itu berkatalah mereka, “perhatikan orang
yang murtad dari agamanya! Ia melarang kita menyeru dua Tuhan, dan dia sendiri
menyeru dua Tuhan.” Dengan adanya ucapan mereka itu, turunlah Ayat sbb:
Yang artinya:
Katakanlah: "Serulah Allah atau Serulah
Ar-Rahman. dengan nama yang mana saja kamu seru, dia mempunyai Al asmaaul husna
(nama-nama yang terbaik)..(Q.S. al-isra’/17:110)
B. Memahami Sepuluh Asma’ul Husna
Asma’ul Husna Allah swt. Amat banyak, namun menurut
keterangan yang masyhur ada 99 macam. Sepuluh diantaranya adalah Al- ‘Azi,
Al-Gaffar, Al-Basit, An-Nafi’, Ar-Rauf, Al-Barr, Al-Hakim, Al-Fattah, Al-‘Adl,
dan Al-Qayyum.
1.
اَ لْعَزِ يْزُ(Yang Maha Perkasa)
Allah maha perkasa atas segala mahluk-Nya.
Segala yang dikehendaki Allah swt pasti terlaksana, tak satupun mahluk yang
dapat menghalangi-Nya.
2.
) اَ لْغَفَّا رُYang
Maha Pengampun)
Allah adalah zat yang maha pengampun, ampunan
Allah diberikan kepada siapapun yang bersalah, selama orang tersebut mau
bertobat, memohon ampun atas dosa-dosanya.
3.
اَ لْبَا سِطُ(Yang Melapangkan Rezeki)
Allah swt. senantiasa membentangkan rahmat-Nya
(kasih sayang-Nya) untuk menerima taubat hamba yang terlanjur berbuat dosa. Dia membentangkan rezeki
(memperbanyak rezeki) yang dibutuhkan hamba-Nya, dan Dia pula mempersempit
rezeki kepada hamba yang dikehendaki.
4.
ا لنَّا فِعُ (Yang Memberi Manfaat)
Allah swt. mencipta segala sesuatu yang
dikehendaki dan memberi manfaat atas sesuatu buat siapa yang Dia kehendaki dari
hamba-hamba-Nya. Dialah yang mampu memberi manfaat dan
Dialah yang mampu memberi madarat ( kerugian ) atas sesuatu.
5.
اَلرَّ ءُ وْ فُ( Yang Maha
Pengasih)
Allah swt. adalah zat Yang Maha Pengasih
terhadap hamba-hamba-Nya.
6.
اَ لْبَرُّ(Yang Melimpahkan
Kebaikan)
Allah Maha Pengasih dan Allah juga yang Maha
Melimpahkan kebaikan.
7.
اَ لْحَكِيْمُ(Yang Maha
Bijaksana)
Allah zat yang Maha Bijaksana, kebijaksanaan
Allah mencakup segala hal.
8.
اَ لْفَتَّا حُ(Yang Maha Memberi Keputusan)
Pada hari akhir kelak, Allah swt akan memutuskan
perkara hamba-Nya, kemudian memasukkan hamba-Nya ke jannah atau nar.
9.
اَ لْعَدْ لُ(Yang Maha Adil)
Dalam hidup didunia ini, Allah memberlakukan
hamba-Nya secara adil. Ia memberikan rezeki terhadap semua manusia, baik yang
taat maupun yang durhaka kepada-Nya. Diakhirat kelak Allah juga berlaku adil.
Hamba yang taat selama hidupnya di dunia akan diberi balasan nikmat di jannah,
sedangkan hamba yang durhaka diberi balasan siksa di nar.
10. اَ لْقَيُّوْ مُ(Yang Terus-menerus Mengurus)
Sesuai dengan kebesaran dan kekuasaan-Nya, Allah
tidak memerlukan bantuan dari siapapun dalam mencipta, mengatur, dan memelihara
alam semesta.
C. Bukti Tanda-Tanda Kebesaran Allah Melalui Pemahaman terhadap Sepuluh Asma’ul Husna
a. Al-‘Aziz : Apapun yang dikehendaki Allah pasti terjadi, tak satupun mahluk yang dapat menghalangi kehendak-Nya.
b. Al-Gaffar : Allah senantiasa membuka kesempatan bertobat bagi hamba-Nya yang berbuat salah sampai datangnya yaumus-sa’ah.
c. Al-Basit : Allah melapangkan dan menyempitkan rezeki kepada hamba yang di kehendaki-Nya.
d. An-Nafi’ : Hanya Allah yang dapat memberi manfaat atau madarat terhadap sesuatu buat hamba-Nya.
e. Ar-Rauf : Allah tidak menyia-nyiakan iman hamba-Nya, terbukti Dia memberi bimbingan hidup berupa petunjuk agama.
f. Al-Barr : Allah melimpahkan nikmat-Nya kepada hamba yang beriman, baik di dunia maupun diakhirat dengan kenikmatan di jannah.
g. Al-Hakim : Allah bijaksana dalam mencipta dan mengatur alam semesta serta memberi balasan manusia di akhirat sesuai amalnya selama hidup di dunia.
h. Al-Fattah : Allah yang menentukan keberhasilan usaha manusia sesuai kehendak-Nya.
i. Al-‘Adl : Allah adil dalam memberi rezeki terhadap hamba-Nya. Manusia yang memiliki kemampuan berusaha secara baik dan menggunakan teori yang baik dapat memperoleh hasil yang baik pula.
j. Al-Qayyum : Allah swt mencipta dan mengatur alam semesta dengan sendiri-Nya, tanpa bantuan pihak lain.
D. Perilaku Orang yang Mengamalkan Asma’ul Husna
a. Tunduk dan rela menerima ketentuan Allah yang berlaku atas dirinya.
b. Tidak putus asa atas perbuatan dosa yang terlanjur dilakukan dan memohon ampunan-Nya.
c. Bersikap qanaah, tidak mengangan-angan nikmat yang diterima orang lain.
Langganan:
Postingan (Atom)